Benign Prostat Hyperplasi (BPH)

Benign Prostat Hyperplasi (BPH) atau pembesaran prostat jinak (PPJ) adalah proses hiperplasi masa nodul fibromyoadenomatous pada inner zone kelenjar prostat periuretral, sehingga jaringan prostat disekitarnya terdesak dan membentuk kapsul palsu di sisi luar jaringan yang mengalami hiperplasi.
Etiologi dan faktor risiko pembesaran prostat jinak masih belum dapat diketahui dengan pasti. Menurut Sanda dkk, genetik merupakan salah satu faktor resiko terjadinya pembesaran prostat jinak. Pada turunan pertama dimana terdapat riwayat menderita pembesaran prostat jinak akan mempunyai resiko empat kali lipat. Menurut Mc Connell (1995) pada suatu studi ditemukan dua faktor yang berperan dalam pertumbuhan prostat yaitu bertambahnya umur dan erat hubungannya dengan kadar dihydrotestosterone (DHT).

Angka kejadian (insidensi) BPH meningkat dengan bertambahnya usia, di Amerika ditemukan 1 dari 4 laki-laki umur 80 tahun memerlukan pengobatan untuk pembesaran prostat jinak. Data dari penelitian di Baltimore mengenai prevalensi dari BPH ini adalah pada laki-laki umur 40 tahun sebesar 14%, 50 tahun 24%, 60 tahun sebesar 43% (Singodimedjo,1998).
Faktor risiko tentang perkembangan penyakit BPH belum diketahui dengan baik, beberapa peneliti telah menemukan suatu predisposisi genetik dan beberapa telah mencatat adanya perbedaan rasial, kemudian sekitar 50% dari laki-laki dibawah umur 60 tahun yang menjalani operasi prostat kemungkinan memiliki turunan dari penyakit itu, bentuk ini sangat mirip dengan suatu trait yang dominan autosom dan turunan pertama pada penderita membawa risiko relatif yang lebih tinggi empat kalinya (Presti, 2004). Masih terdapat kontroversial mengenai peningkatan angka mortalitas jangka lama pascaoperasi kelenjar prostat transuretral dan transvesikal (Roos et al., 1989 cit Lewis et al., 1992). Hasil penelitian Lewis et al. (1992) selama 5 tahun, didapatkan angka mortalitas 1,1% pada prostatektomi transuretral dan 1,4% pada prostatektomi transvesikal. Terdapat perbedaan yang bermakna mengenai lamanya rawat tinggal di rumah sakit dan komplikasi pada minggu pertama pascaoperasi, dimana pada prostatektomi tranuretral lebih kecil dibandingkan prostatektomi transvesikal.
Tatalaksana pembesaran prostat jinak terdiri dari beberapa macam pilihan tergantung dari berat ringannya penyakit, terdapat beberapa alternatif pilihan terapi diantaranya watchfull waiting, medical treatment, phytoterapi dan pengobatan invasif. Operasi dikerjakan apabila pengobatan medikamentosa tidak berhasil atau dengan indikasi lain diantaranya retensi berulang, infeksi saluran kencing kronis. Para penulis `masih menganjurkan operasi prostatektomi reseksi transuretral merupakan standar baku emas operasi BPH. Operasi prostatektomi reseksi transuretral memerlukan persyaratan, perkiraan berat kelenjar prostat adalah kurang dari 60 gram. Menurut teori diperkirakan panjang uretra prostatika menjadi faktor penting sebagai penyebab retensi urine, sejalan dengan kriteria berat kelenjar prostat yang ditentukan dengan cara pemeriksaan colok dubur maupun pemeriksaan dengan ultrasonografi untuk menentukan pilihan operasi prostatektomi secara terbuka atau tertutup yaitu berat 50 gram kebawah dengan cara tertutup dan berat lebih 50 gram secara terbuka. Dengan batas panjang uretra 2 cm sebagai batas untuk operasi prostatektomi tertutup dan terbuka dipilih sebagai standar karena alat untuk operasi prostatektomi yang disebut working element apabila digerakkan pada pegangannya pada posisi tidak memotong dan sudah ada cutting loopnya jarak antara bagian yang untuk memotong kelenjar dari cuting loop sampai ujung dari selongsong resektoskop adalah 2 cm. Diharapkan dengan panjang uretra prostatika 2 cm ada korelasinya dengan berat dari pembesaran kelenjar prostat maksimal 50 gram, sehingga dengan ukuran standar sepanjang 2 cm uretra prostatika ini dapat sebagai kriteria untuk menentukan operasi prostatektomi secara tertutup (Singodimedjo, 2000),
Menurut Gray (1959) Uretra pada pria dibagi menjadi uretra anterior dan posterior. Uretra anterior adalah uretra yang terletak di penis bagian pendulan. Uretra posterior dibagi lagi menjadi uretra yang terletak setinggi kelenjar prostat dan uretra membranasea yang terletak setinggi muskulus sphincter uretra membranasea, panjang uretra prostatika adalah 30 mm.

Anatomi dan Embriologi
Prostat mulai terbentuk pada minggu ke 12 dari kehidupan mudigoh dibawah pengaruh hormon androgen yang berasal dari testis fetus. Sebagian besar kompleks prostat berasal dari sinus urogenitalis, sebagian dari duktus ejakulatorius, sebagian veromontanum dan sebagian dari bagian asiner prostat (zona sentral) berasal dari duktus wolfii.
Prostat merupakan kelenjar kelamin laki-laki yang terdiri dari jaringan fibromuskuler (30 – 50%) stroma dan asiner (50 – 70%) yang berupa sel epitel glanduler. Komponen fibromuskuler terutama disisi anterior sedangkan elemen glanduler terutama dibagian posterior dan lateral. Secara anatomi prostat berbentuk suatu konus atau piramida terbalik seperti buah pear yang terletak pada rongga pelvis tepat di bawah tepi inferior tulang simfisis pubis dan sebelah anterior ampula recti. Bagian atas berlanjut sebagai leher buli-buli, apeknya menempel pada sisi atas fascia dari diafragma urogenital. Prostat ini dilewati (ditembus) urethra dari basis ke arah apek membuat angulasi 35° pada veramontanum. Ukuran prostat normal pada orang dewasa lebarnya 3–4 cm, panjangnya 4–6 cm dan ketebalannya 2 – 3 cm sedangkan beratnya 20 gr (Narayan,1995.
Gambaran khas dari prostat laki-laki dewasa menurut Mc Neal (1970) terdiri atas empat gambaran morpologi yang berbeda yaitu :

I. Zona periter (periferal zone)
Merupakan 70% dari volume prostat, muara dari kelenjarnya pada dinding uretra dari veromontanum sampai dekat spingter ekterna. keganasan sering terjadi pada zona perifer

II. Zona sentral yang kecil (central zone)
Merupakan bagian terbesar kedua pada prostat, berbentuk konus dengan dasarnya yang membentuk bagian dasar prostat, dan bagian apikalnya berada pada veromontanum. Aliran kelenjarnya bermuara disekitar muara duktus ejakulatorius. Zona terbesar ketiga adalah stroma fibrimuskular anterior yang tidak mengandung komponen kelenjar hanya terdiri atas jaringan ikat

III. Zona transisional (transisional zone)
Merupakan lobus yang kecil, merupakan 2% dari keseluruhan volume prostat, muara kelenjarnya pada bagian proksimal uretra prostatika dekat dengan spingter ekterna. Daerah terdekat dengan zona transisional adalah daerah periuretral, suatu daerah yang menonjol, membentuk duktus kecil dan asinus yang tersebar dalam spingter preprostatika dan bermuara pada bagian posterior dari uretra proksimal. Terletak di periurethral sekitar verumontanum dan tampaknya bagian ini yang dapat mengalami hiperplasia yang menimbulkan gejala-gejala pembesaran prostat jinak. Prostat hiperplasi berasal dari zona transisional dan periuretral yang berada sepanjang uretra proksimal diantara spingter otot polos leher buli sampai dengan veromontanum
Jaringan kelenjar dari zona transisi identik dengan zonal perifer hanya saja zona transisi tidak pernah mengalami perubahan keganasan.
Zone perifer dan sentral kira-kira 95% dari seluruh kelenjar prostat dan 5% adalah zone transisional. Sedangkan kecurigaan keganasan prostat sekitar 60 – 76% berasal dari zona periter, 10-20% dari zona transisional dan 5 – 10% dari zona sentral. (Narayan , 1995. Raharjo , 1999.Presti, 2000. Roehrborn & McConnel, 2002).
Prostat mempunyai 4 permukaan yaitu,
1 fasies posterior
1 fasies anterior
2 fasies inferior lateral
2 fasies inferior medial.

Batas belakang kelenjar prostat berhubungan erat dengan permukaan depan ampula recti dan dipisahkan oleh septum recto vesicalis (fascia Denonvilier). Urethra pars prostatika merupakan bagian urethra posterior mulai dari kandung kemih sampai spingter urethra bagian luar diafragma urogenitalia. Verumontanum merupakan proyeksi prostat pada dinding posterior urethra ini dimana terdapat sinus tempat keluar ductus ejakulatorius, coliculus seminalis.
Letak prostat diantara leher kandung kemih (orifisium urethra internum) dan diafragma urogenitalis. Bentuk piramid terbalik dengan basis di atas, puncak di bawah, permukaan depan dan belakang serta permukaan samping kanan dan kiri, berbatasan dengan bangunan sekitarnya. Kelenjar prostat dikelilingi oleh kapsul fibrosa (true capsule) dan diluar kapsul fibrosa terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Diantara kapsul fibrosa dan selubung fibrosa prostat ini terdapat plexus venosus (Smith, 2004).

Struktur dari prostat
Dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan kapsul fibrous yang dibawahnya merupakan serabut otot polos sirkuler dan jaringan collagenous yang meliputi urethra (involunter sphincter) dan lapisan lebih dalamnya merupakan stroma prostat yang terdiri dari jaringan ikat elastis serta serabut otot polos yang mengelilingi epithel kelenjar prostat serta pembuluh darah.

Vascularisasi prostat
Vaskularisasi kelenjar prostat berasal dari arteri prostatika cabang dari arteri vesicalis inferior yang berasal dari arteri hypogastrika arteri iliaca interna. Letak arteri prostatika dileher kandung kemih ada beberapa pendapat, yaitu : di lateral, posterolateral, basis prostat tidak ditentukan letaknya, diposisi jam 4 dan 8, di posisi jam 5 dan 7. Sedang letak cabang-cabang kecil di leher kandung kemih depan tidak pernah disebut secara pasti, hanya oleh Harvard dianggap berada di posisi jam 11 dan jam 1 (Rifki, 1991).
Aliran vena prostat membentuk plexus venosus prostatikus yang terletak antara kapsul kelenjar prostat dan selubung fibrous. Pleksus venosus ini menerima aliran darah dari vena dorsalis profundus penis dan banyak dari vena vesikalis (plexus santorini). Vena ini dindingnya sangat tipis, tak berkatup dan mengalirkan darah melalui beberapa saluran yang besar langsung ke vena iliaka interna.
Batson membuktikan adanya banyak hubungan antara pleksus venosus prostat dan vena-vena vertebralis. Ini dapat menjelaskan sering terjadinya metastasis pada kolumna vertebralis bagian bawah dan tulang pinggul pada penderita karsinoma kelenjar prostat. Pembuluh limfe dari kelenjar prostat mengalirkan cairan limfe ke nodi lymphatici iliaca interna, lnn Iliaca externa, lnn obturator, lnn presacral.

Persarafan Prostat

Prostat mendapat persyaratan dari nervus sympatis (non adrenergik) dan parasympatis (cholinergik) melalui plexus pelvicus otonomik yang terletak dekat prostat. Plexus ini medapat masukan parasimpatetik dari medulla spinalis setinggi S2 – S4 dan serat-serat sympatetik dari nervus hypogastrikus presacralis (T10-T12). Peranan persarafan pada prostat sangat penting untuk diketahui karena dasar terapinya dengan menghambat rangsangan reseptor α adrenergik yang banyak di daerah trigonum,leher vesika urinaria dan di dalam otot serta kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah tersebut akibatnya tekanan urethral (Urethral pressure) akan menurun sehingga terjadi pengeluaran urin dari vesika urinaria akan menjadi lebih mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih masukannya