Defisiensi Androgen Pada Proses Penuaan Pria

Definisi

         Proses penuaan  secara normal menurunkan fungsi  axis hipothalamus-pituitary-gonadal (Liu et al, 2007).
         Pada pria mempunyai variabilitas yang signifikan mengenai onset usia, masa berlangsungnya dan keparahan penurunannya.
         Syndrome :
ü  Andropause
ü  Androgen Decline in the Aging Male (ADAM)
ü  Late Onset Hypogonadism (LOH)
ü  Testosteron Deficiency Syndrome  (TDS)
Syndrome klinis dan biokimia yang berhubungan dengan pertambahan usia dan secara karakteristik ditentukan oleh penurunan testosteron (T) dengan atau tanpa perubahan sensitivitas reseptor androgen.

Sejarah

         Pentingnya gonad dalam pemeliharaan homeostasis tubuh telah diakui sejak dahulu.
         Hubungan usia lanjut dengan hipogonadisme  telah diakui secara luas sejak akhir abad 19. Brown-Sequard mengamati peningkatan kekuatan fisik dan kapasitas intelektualnya sendiri setelah pemberian suatu liquid testiculaire dari gonad binatang.
         Laqueur mengeksplorasi efek substansi yang diproduksi dan disekresi testis, dan mengisolasi androsterone dan testosterone (David et al, 1935).
         Pada 1935 Adolf Butenandt dan Ruzicka mensintesis hormon, yang disebut testosterone (Nobel Prize Chemistry 1939).
         Perkembangan sediaan injeksi berkembang dan digunakan untuk gangguan seksual sampai pencegahan benign prostatic hyperplasia selama Perang Dunia II (Cuneo, 1938).
         Pada akhir Perang Dunia II muncul syndrome "male climacteric" yang berhubungan dengan rendahnya level testosteron (Werner, 1946).
         Penggunaan testosteron yang semakin berkembang mulai disalahgunakan (Thompson, 1946)

Epidemiologi

         Peningkatan populasi dan peningkatan harapan hidup diikuti dengan peningkatan syndrome hypogonadism dan penggunaan obat-obatan hormonal.
         Dalam upaya untuk mengurangi kelangkaan data deskriptif epidemiologi defisiensi androgen :
ü  the Massachusetts Male Aging Study (MMAS)
ü  the Boston Area Community Health (BACH)
ü  Australian study
ü  the European Male Aging Study
      Dipengaruhi perbedaan geografi, budaya dan latar belakang etnis (Wu et al, 2008)

Fisiologi

         LH memodulasi biosintesis T oleh sel-sel Leydig dan juga mengontrol sekresinya (Harry et al,2001).
         Sel Leydig mengalami hibernasi setelah LH disupresi pada hewan coba (Chen, 1999).
         Pada tikus, pada penuaan hipotalamus terjadi proses apoptosis yang menyebabkan penurunan produksi gonadotropin (Morales, 2003). Meskipun belum terbukti pada manusia,  proses ini mungkin menjelaskan penyebab fundamental TDS.
         Sel Sertoli tidak memiliki dampak yang besar selama LH aktif (Muda et al, 2000).
         Bagian Nucleus paraventricular hipothalamus, kelenjar piuitary, dan peptida ghrelin yang mempengaruhi sel-sel Leydig.


Diagnosis

         Diagnosis klinis TDS  ditentukan oleh rendahnya level T dalam serum dan gejala klinis.
         Pada prakteknya sulit dilakukan.
         Digunakan intervensi terapi sebagai pendekatan diagnosis.
         Diagnosis ditentukan : adanya gejala, rendahnya level T dalam serum, respon positif terapi.
         Paling sering adalah kelelahan, penurunan gairah seksual dan dysphoria.
         Erectile dysfunction alasan yang paling sering ditemukan pada pasien untuk datang ke dokter.
         Pada pemeriksaan fisik, atrofi testis biasanya muncul bersama dengan gejala penurunan rambut kepala dan pubis.
         Sarkopenia, pertambahan lemak, sekuele osteoporosis merupakan gejala lain yang sering muncul.
1.    St Louis University's ADAM
Kuesioner gejala
Sensitifitas 88%, Spesifitas 60%
           
2. The Aging Male Survey AMS
Kuesioner gejala
Sensitifitas 83%, Spesifisitas 39%
3. The MMAS
Kuesioner gejala dan epidemiologi
Sensitifitas 60%, Spesifisitas 59%
Kuesioner berguna untuk alat skreening tetapi kurang dapat diandalkan untuk tujuan diagnosis
         Level T menurun ketika SHBG  meningkat pada proses penuaan.
         Free T dan yang terikat dengan albumin mampu masuk ke dalam jaringan dan bertanggungjawab terhadap aksi T. Sedangkan T yang terikat SHBG tidak dapat masuk jaringan dan tidak aktif.
         Komponen free T dan T yang terikat dengan albumin disebut komponen aktif, Bioavailable T (BT).
         Pengukuran level testosteron dilakukan di pagi hari walaupun pengulangan pengukuran kadang juga diperlukan.
         Borderline : 250 - 360 ng/dL (9-12 nmol/L), dilakukan trial terapi 3 bulan.
1.      Radioimmunoassay
2.      Nonradioactive immunoassay kits
3.      Automated platform assay
      Variabilitas : nilai 297 ng/dl (10.3 nmol) menunjukkan variasi dari 160-508 ng/dl (5.5-17.6 nmol)
  
         Pada usia muda, dan sedikit pada usia tua terjadi irama sirkadian, dengan tingginya nilai di pagi hari.
         Variabilitasnya  + 20% dari minggu ke minggu.
         Minimal kriteria diambil 2 sampel pagi dalam 1 minggu.
         Yang paling mendekati Bioaavailable T :
1.       free T jika diperiksa dengan ultracentrifugal ultrafiltration atau teknik dialysis
2.      Teknik presipitasi ammonium sulfat
3.      Perhitungan free T atau BT dengan mengukur T dan SHBG dengan atau tanpa level albumin.
         Pengukuran langsung BT dan fT sangat mahal.
         cFT (calculated free T) dihitung dengan mengukur total T den SHBG (Vermeulen, 1999).
         Kelemahan perhitungan:
ü  perbedaan level SHBG bervariasi pada berbagai alat
      Karena kesulitan-kesulitan yang muncul pada penilaian secara biokimiawi, dan nilainya yang tidak selalu selaras dengan gejala klinisnya maka digunakan trial diagnosis/terapi selama 90 hari pemberian T.
      Dehydroepiandrosterone DHEA
       Growth Hormone GH
       Melatonin
      Thyroxine, Prolactine, Leptin

Terapi

         Pilihan terapi dengan testosterone
1.       Intramuskuler injeksi
2.       Preparat oral
3.       Metode buccal dan nasal
4.      Terapi transdermal
5.      Dihydrotestosteron
6.      7α-Methyl-19-Nortestosteron
7.      Selective Androgen Receptor Modulators
Intramuskuler injeksi
         Long acting dengan konsentrasi maksimum + 72 jam, tidak berpengaruh terhadap irama sirkadian T normal.
         Level DHT biasanya tetap normal, tetapi E2 meningkat.
         Diberikan setiap 10 - 21 hari untuk mempertahankan nilai normal T.
         Efektif dan efisien
         Obat baru Nebido T undecanoat.
         Setelah loading dose  dan dosis 750-1000 mg setiap 12 minggu memberikan hasil level serum normal  yang stabil.
Preparat Oral
         Bersifat toxic terhadap hepar dan merubah profil lipid
         Tidak direkomendasikan
         Andrial (oral T undeconat) tidak toksik terhadap hepar, diberikan bersama makanan yang mengandung 20 g lemak supaya T dapat diabsorbsi.
         Kekurangan : harganya mahal.
Metode Buccal dan Nasal
         Striant (mucoadhesive delivery system) diberikan dalam bentuk permen 30 mg 2x/hari.
Metode nasal masih dalam penelitian
Metode transdermal
      Dalam bentuk patches dan gels
      Menormalkan level serum T dan menimbulkan kembali variasi fisiologis diurnal dengan nilai normal E2 dan DHT.
      Menyebabkan reaksi kulit
      Bentuk gel lebih tidak iritatif
      Pemberian setiap hari pada perut bagian atas, dada, lengan atas, dan dihindari mandi 2-4 jam untuk memberikan hasil yang optimal dan dihindari kontak dengan kulit orang lain.
      Meningkatkan fungsi seksual, mood dan meningkatkan lean body mass, kekuatan otot den menurunkan massa lemak.
      Axiron (aplikasi pada axilla), Fortesta (paha).
Dihydrotestosteron
         Penggunaannya dapat untuk mencegah pembesaran prostat.
7α-Methyl-19-Nortestosteron

Mempunyai biopatensi tinggi (10x testosteron), efek antiandrogen dan efek anabolik  ke otot, sedikit efek ke prostat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih masukannya