Pemeriksaan colok
dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kalainan
lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok
dubur harus diperhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat
jinak konsistensinya kenyal), asimetri,nodul pada prostat, apakah batas atas
dapat diraba. Pada karsinoma prostat, prostat teraba keras atau teraba
benjolan yang konsistensinya lebih keras dari sekitarnya atau ada prostat
asimetri dengan bagian yang lebih keras. Dengan colok dubur dapat pula
diketahui batu prostat bila teraba krepitasi.
Derajat berat
obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi
spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat
keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan melakukan
ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. Sisa urin lebih dari 100 cc
biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada
hipertrofi prostat. Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan
menggunakan pancaran urin pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri. Angka
normal pancaran kemih rat-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai
sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antar 6-8
ml/detik, sedang maksimal pancaran menjadi 15 ml/detik atau kurang. Kelemahan
detrusor dan obstruksi intravesikal tidak dapat dibedakan dengan pengukuran
pancaran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga
mengangu faal ginjal karena hidronefrosis, menyebabkan infeksi dan
urolithiasis. Tindakan untuk menentukan diagnosis penyebab obstruksi maupun
menentukan kemungkinan penyulit harus dilakukan secara teratur.
Mengenai pembesaran prostat jinak ini
sering kita jumpai istilah-istilah yang dicoba dipakai untuk menggambarkan
keadaan dan patologi pembesaran prostat jinak. Istilah yang sering dipakai
ialah BPH = Benign Prostatic Hyperplasia, yang sebenarnya merupakan
terminologi untuk menyatakan adanya perubahan patologi anatomik. Istilah lain,
BPE = Benign Prostate Enlargement, juga merupakan istilah anatomik,
sedang BOO = Benign Outflow Obstruction, merupakan suatu istilah yang
menggambarkan adanya gangguan fungsi dan BPO = Benign Prostatic Obstruction juga
istilah gangguan fungsi dan LUTS = Lower Urinary Tractus Symptoms, juga
merupakan gangguan fungsi. (Rahardjo , 1999 ).
Biasanya
gejala-gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi
Gejala iritatif
terdiri dari sering kencing (frequency), tergesa-gesa kalau mau kencing
(urgency), kencing malam lebih dari satu kali (nokturia) dan
kadang-kadang kencing susah ditahan (urge incontinence).
Gejala obstruktif
yaitu, pancaran melemah, terakhir miksi merasa belum kosong, kalau mau kencing
harus menunggu lama (hesitancy), harus mengedan (straining) dan kencing
terputus-putus (intermitency) dan juga waktu miksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih masukannya